Senin, 06 September 2010

BERBAGAI RENCANA UNTUK MEMBUNUH RASULULLAH SAW.



Nabi Musa a.s. telah bertanya kepada Allah:”Ya Rabbi! Siapakah diantara hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandangan-Mu”. Allah berfirman: ” Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya), dapat segera memaafkan”. ( HQR. Kharaithi dari Abu Hurairah r.a)

Nabi Musa a.s. pernah mengajukan pertanyaan kepada Allah, siapa diantara hamba-hamba-Nya yang lebih mulia menurut pandangan Allah, Allah menerangkan kepadanya:” Mereka adalah orang yang berhati mulia, berlapang dada, bersikap toleran terhadap musuh atau orang yang memusuhinya di saat ia berkuasa melakukan sekehendaknya “.

Ia tidak melampiaskan balas dendam atau sakit hatinya terhadap orang itu, bahkan ia memaafkan karena Allah semata-mata. Orang yang berhati emas semacam itu tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT.

Dapat kita simpulkan bahwa memaafkan musuh atau orang yang memusuhi kita ketika kita dapat melakukan pembalasan adalah satu perbuatan yang sangat baik dan tinggi nilainya disisi Allah selain dari itu malahan menambah tinggi martabat dan derajat kita pada pandangan masyarakat dan musuh.

PERILAKU DAN KETINGGIAN BUDI PEKERTI NABI MUHAMAD SAW.

>>Dalam Perang Uhud

Nabi saw. mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya. berkatalah salah seorang sahabatnya: ” Ya Rasulullah do’akanlah agar mereka celaka”.

Rasulullah saw. menjawab: “Aku sekali-kali tidak di utus untuk mela’nat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan sebagai Rahmat”. lalu Beliau menengadahkan tangannya kepada Allah Yang Maha Mulia dan berdo’a:

“Ya Allah ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”.

Rasulullah tidak berniat membalas dendam, tetapi malah memaafkan mereka dan kemudian dengan rasa kasih sayang beliau mendoakan agar mereka diberi ampunan Allah, karena dianggapnya mereka masih belum tahu tujuan ajakan baik yang dilakukannya.

>>Dalam Perang Uhud itu juga, seorang budak hitam bernama Washyi, yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan bila dapat membunuh paman Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muththalib ra., ternyata ia berhasil membunuh Hamzah dan budak tersebut dimerdekakan. Kemudian ia masuk Islam dan menghadap kepada Nabi saw.

Wahsyi menceritakan peristiwa pembunuhan Hamzah. Walaupun Nabi saw. telah menguasai Wahsyi dan dapat melakukan pembalasan, namun tidak melakukannya bahkan memaafkannya. Alangkah tingginya akhlak ini.

>>Dalam Perang Khaibar (Perkampungan Yahudi), Zaenab binti al-Haris, istri Salam bin Misykam, salah seorang pemimpin Yahudi, berhasil memperoleh hadiah karena dapat membubuhkan racun pada panggang paha kambing yang disajikan kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. makan bersama Bisyr bin Bara’ bin Ma’rur. Bsyr sempat menelan daging beracun itu, tetapi Nabi saw. baru sampai mengunyahnya, lalu dimuntahkannya kembali sambil berkata: “Daging ini memberitakan kepadaku bahwa dia beracun”. beberapa hari kemudian Bisyr meninggal dunia. Nabi saw. memanggil wanita Yahudi yang terkutuk itu dan bertanya kepadanya :”Mengapa engkau sampai hati melakukan peracunan itu?”. wanita itu menjawab:” Kiranya tiada tersembunyi lagi hasrat kaumku membunuh Tuan. sekiranya Tuan seorang raja tentu akan mati karena racun itu dan kami akan merasa senang. Tetapi jika Tuan seorang Nabi tentu Tuan akan diberitahukan oleh Allah bahwa daging itu mengandung racun. Nyatanya Tuan adalah seorang Nabi “.

Apakah yang dilakukan Nabi terhadap wanita itu kontan di maafkan dan dilepaskannya.Padahal Beliau saw. telah menguasainya.

>>Peristiwa lainnya yang terkenal ialah peristiwa Du’tsur: Seorang Arab kafir (namanya Du’tsur) mendapati Rasulullah saw. sedang tidur tengah hari di bawah pohon yang rindang. Lalu Da’stur mengambil pedang Nabi saw. serta menghunusnya sambil mengancamkannya kepada Beliau, dengan ucapan: “Siapa yang dapat membelamu dari padaku sekarang ini?”. Dengan tegas Nabi menjawab: “Allah”. Orang itupun gemetar, sehingga pedang yang ada di tangannyapun terjatuh. Segera di pungut oleh Nabi dan mengancamkannya kembali kapada Du’stur:

“Siapa yang akan membelamu dari padaku ini?”. Du’stur pun menjawab:” Tidak seorangpun”.

Apakah yang dilakukan oleh Nabi saw. ternyata orang tersebut di maafkannya.

Du’stur pulang kedesanya dan menceritakan peristiwa tersebut kepada kaumnya bahwa ia semestinya sudah mati, tetapi ternyata Muhamad adalah orang yang berbudi luhur. Du’stur mengajak kaumnya masuk islam. itulah hasil budi pekerti yang tinggi, suka memaafkan ketika berkuasa.

>>Rasanya tidak ada sesuatu kaum yang lebih memusuhi Nabi saw. dari pada kaum Quraisy kuffar Makkah yang terkenal itu.

Mereka memusuhi Nabi dan Kaum Muslimin sejadi-jadinya. Mereka pernah memukul, melecut, membakar dengan besi panas, menjemur dibawah terik matahari, menindih dengan batu besar, melempar dengan kotoran-kotoran binatang. malah pernah meletakkan kepala unta pada kuduk Nabi ketika Nabi sedang sujud dan berbagai rencana untuk membunuh Rasulullah saw.

Setelah Nabi saw. dan Kaum muslimin berhasil membebaskan kota Mekkah (fatgu-Makkah) dan setelah kaum kuffar dapat dikuasai sepenuhnya oleh Nabi, mereka dikumpulkan dihadapan beliau. Bukan untuk menerima balas dendam, akan tetapi untuk menerima pengampunan.

“Aku berkata seperti apa yang dikatakan oleh saudaraku Yusuf: Mulai hari ini tidak ada cerca dan nista atas perbuatan yang telah kalian lakukan, Allah mengampuni kalian dan Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Setelah mendengar ucapan beliau, mereka bubar dengan perasaan lega hati. Hasil dari akhlaknya yang tinggi ini berduyun-duyunlah mereka memeluk Agama Islam yang tadinya mati-matian memusuhinya. Dan masih banyak lagi kisah2 yang lain.

Beberapa ayat mengenai hal itu terdapat di dalam Al-Qur’an:

>>Balasan perbuatan jahat adalah kejahatan yang seimbang dengannya. Barangsiapa yang memaafkan dan berlaku damai, pahalanya ada di tangan Allah. (Q.S. 42 As-Syura:40)

>>Memaafkan itu lebih mendekatkan pada taqwa. (Q.S. al=Baqarah 237)

>>Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. Apakah kalian tidak suka Allah mengampuni kalian. (Q.S.24 An-Nur:22)

>>Jika kalian menampakkan perbuatan kebajikan atau menyembunyikannya atau kalian suka memaafkan kesalahan, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf dan Maha Kuasa. (Q.S. An-Nisa 149)

>>Maafkanlah mereka dan mintalah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (keduniaan) (Q.S. Ali Imran 159).

>>maafkan dan ampunilah sehingga Allah memberikan (ketentuan) dengan perintahn-Nya. (Q.S. Al-Baqarah 109)

>>dan orang-orang yang dapat menahan meluapnya kemarahan dan yang suka memaafkan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Ali Imran 134)

Dalam beberapa Hadits Nabi.

“Barang siapa yang dapat menahan luapan kemarahan, sedang ia berkuasa dan sanggup melampiaskan, niscaya Allah memanggilnya pada hari qiamat di hadapan khalayak ramai, untuk memilih bidadari yang dikehendaki.”.

Ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya, ditaburi Rahmat-Nya, yaitu: apabila di beri, ia berterima kasih, apabila berkuasa, ia suka memaafkan. dan apabila marah, ia menahan diri (tidak jadi marah).

(R.Hakim, Ibnu Hibban dan Ibnu Abbas)

Ya Allah, kurniailah kami sifat pemaaf, pengampunan dan lapang dada. Ya Allah, jadikanlah kami orang yang dapat menahan meluapnya kemarahan dan orang yang suka memaafkan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar