Senin, 06 September 2010

LUASNYA AMPUNAN ALLAH SWT



Allah SWT. berfirman dalam Hadits Qudsi :

Tidak pernah aku murka kepada seseorang seperti murka-Ku kepada hamba yang telah melakukan maksiat yang di pandang oleh dirinya sendiri sebagai dosa besar, dan berputus asa dari ampunan-Ku. Sekiranya Aku menyegerakan hukuman atau sifat-Ku suka tergopoh-gopoh, pasti Kusegerakan hukuman itu terhadap orang-orang yang berputus asa dari rahmat-Ku. Dan kiranya Aku belum memberi rahmat kepada hamba-hamba-Ku, melainkan karena takutnya mereka berdiri dihadapan-Ku, sudah barang tentu Aku mengucapkan terima kasih kepada mereka dan Aku jadikan pahala mereka itu di antaranya ialah rasa aman di kala semestinya mereka merasa ketakutan.

( HQR Rafi’i dari Najih bin Muhamad bin Muntaji dari datuknya)

Allah SWT. memberitahukan kepada kita bahwa Dia tidak pernah melakukan kemurkaan terhadap seorang hamba-Nya sebagaimana murka-Nya yang pernah mengerjakan maksiat,baik kecil maupun besar dan orang itu merasa ngeri serta menganggap perbuatannya satu dosa yang sangat besar dan tidak termasuk dalam lingkungan ampunan Allah. Ia merasa putus asa dari rahmat-Nya.

Terhadap orang yang bersifat seperti inilah Allah sangat murka.

Dalan Hadits itu diterangkan bahwa sekiranya Allah suka terburu-buru menjatuhkan hukuman terhadap hamban-Nya, niscaya Dia telah menjatuhkan hukuman (siksaan) kepada orang-orang yang berputus asa dari rahmat dan ampunan-Nya.

Dalam Hadits di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan:

>>Allah SWT memang betul-betul luas Rahmat dan Kasih sayang-Nya. Dia tidak mudah menjatuhkan hukuman dan siksaan kepada hamba-Nya. Dia membukakan pintu taubat selebar=lebarnya. Barang siap yang merasa melakukan kesalahan kepada Allah SWT, segeralah rujuk kepada-Nya. dan taubat dengan penuh keyakinan.

>>Sifat terburu-buru dan tergesa-gesa bukan sifat Allah SWT, sifat itu adalah sifat Iblis dan Syetan. Karena itu kita manusia tidak boleh bersifat terburu-buru dan tergesa-gesa, agar kita tidak termasuk golongan syetan. Segala tindakkan yang dilakukan perlu dipertimbangkan semasak-masaknya diselidiki sedalam-dalamnya, sehingga keputusan atau hukuman yang akan diambil telah diperhitungkan akibatnya.

>>Uqubah atau hukuman Allah pada pokoknya ada dua yaitu hukuman yang dilaksanakan dalam duniaini atau ditangguhkan ke dalam akhirat kelak. Hukuman yang dilaksanakan di dalam dunia, mungkin langsung mungkin ditangguhkan beberapa hari, minggu bulan atau tahun.

Hukuman atau siksaan yang ditangguhkan mungkin di maksudkan untuk memberi tempo kepada yang bersangkutan untuk bertaubat. Apabila sudah tepat waktunya, baru hukuman itu dijatuhkan dan orang yang bersangkutanpun akan binasa.

Adapun hukuman Allah SWT di dunia berbentuk :

@. penyakit, mulai dari yang sekecil-kecilnya seperti tertusuk duri atau jarum, sampai yang sebesar-besarnya seperti lepra, TBC,Jantung penyakit jiwa dan sebagainya.

@duka cita , kesulitan, kesukaran, banyak hutang, dan sebagainya.

@kesenangan, kemewahan harta benda sehingga senantiasa repot dan sibuk mengurusinya. Kelihatan Rahmat, namun tidak lain adalah siksa belaka.

Hidup ini benar-benar penuh dengan ujian dan perjuangan.

>>Sifat putus asa dari Rahmat Allah termasuk dosa besar (al-Kabair) yang pantas dengan segera mendapat hukuman dan siksa Allah. Meskipun demikian, Allah tidak segera menjatuhkan hukuman dan siksaan terhadapnya, karena sifat tergesa-gesa dan terburu-buru demikian, bukanlah sifat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menunjukan bahwa Allah akan mengampuni orang-orang yang bersalah, orang-orang yang melakukan maksiat, orang-orang yang memboros, dan dosa lainnya betapapun besarnya, kecuali dosa su’ul khatimah karena syirik.

Didalam Al Qur’an terdapat anjuran untuk segera kembali bertaubat dan jangan menangguhkannya. Kita tidak mengetahui bilamana kita akan meninggal dunia. Sekiranya kita menangguhkan waktu taubat, mungkin kita mati dalam keadaan berlumuran dosa. Na’udzu billa min dzalik.

Allah berfirman:

Katakanlah (wahai Muhamad): “Wahai hamba-hamba-Ku yang telah berlebih-lebihan merugikan diri sendiri Janganlah berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa, karena dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

(Q.S. 39 az-Zumar: 53)

Mereka (Malaikat) berkata (kepada Nabi Ibrahim):”Kami membawa berita gembira yang benar kepadamu. Karena itu janganlah engkau menjadi orany yang berputus asa”. (Nabi Ibrahim) berkata: “Tiadalah orang yang berputus asadari Rahmat Allah kecuali orang yang sesat”.

(Q.S. 15 al-Hijr:55-56)

Wahai bani Adam apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepada-Ku, Ku- ampuni segala yang ada padamu tanpa perduli. Wahai bani Adam! sekalipun dosamu bertumpuk-tumpuk hingga setinggi langit, tetapi kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Ku-ampuni dosamu. Wahai bani Adam! sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang bumi, kemudian engkau menemui Aku (mati) dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku kurniakan ampunan setimbang dosa itu.

(HQR. Turmudzi yang bersumber dari Anas ra.)

Sekiranya kalian melakukan kesalahan sampai memenuhi langit, kemudian kalian bertaubat, pasti Allah mengampuni kalian.

(HQR. Ibnu Majah dengan sanad yang jayid, yang bersumber dari Abu Huroirah ra.)

Perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud dengan “TAUBAT” ialah “TAUBAT NASHUHA” artinya taubat itu terpabcar dari hatinya sesudah melalui pemikiran yang mendalam dan kembali pada jalan yang benar, serta sangat menyesal atas perbuatan yang telah di tempuhnya itu. ia memutuskan dalam hatinya itu untuk meninggalkan perbuatan itu, menghindarinya jauh-jauh serta berjanji tidak mengulanginya lagi kesalahan dan perbuatan dosa. Allah Maha Melihat apa-apa yang dikerjakan hamba-Nya yang telah lalu, yang sekarang dan yang akan datang. Jika ternyata taubatnya itu palsu dan tidak berusaha untuk memperbaiki diri, maka taubatnya itu hanya menipu dirinya sendiri.

Dalam firman Allah SWT.:

Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Sebenarnya mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar dan tidak merasa. (Q.S. 2 al-Baqarah :9).

Tanpa disadari, ia bukan taubat tapi menambah dosa lain yaitu menipu dirinya sendiri, seakan-akan menipu Allah dan Kaum mu’minin. Oleh karena itu taubat nashuha sebelum terlambat pasti akan diterima Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar